Yang harus diperhatikan dalam mengelas :
* Kawat las harus sesuai peruntukkannya dengan logam yang akan di las. Untuk pemula sebaiknya belajar mengelas bahan dari besi biasa (misalnya besi beton, besi siku, besi plat dlsb).
* Bahan yang akan di las sebaiknya diletakkan mendatar karena akan lebih mudah dari pada tegak atau lebih2 diatas (overhead)
* Lebih mudah menggunakan mesin las berarus DC dari pada AC. Karena api yang timbul pada arus DC kecil dan tidak memercik secara berlebihan. Juga kebanyakan kawat las membutuhkan arus DC dari pada AC.
* Untuk belajar gunakan kawat yang berpenampang kecil misalnya 2,6 mm atau kalau dapat dipasaran gunakan kawat 1,5 mm (tapi biasanya mahal)
* Sebagai pemula belajarlah dengan bahan yang ketebalannya sedang saja ( 2 ~ 6 mm), mengelas bahan yang tipis (<1 mm) sangat memerlukan keahlian dan trik khusus.
* Bahan yang akan di las, harus dirapatkan kalau memungkinkan harus di pres/ ditekan, sehingga pengelasan hanya tipis saja sudah cukup dan tidak menambal. Kalau bahan cukup tebal, untuk pengelasan yang rapi perlu dibuat potongan/ cowakan sepanjang yang akan dilas dengan digerinda.
* Pengaturan besarnya arus sangat diperlukan. Arus yang kecil mengakibatkan kawat las tidak menyala, hasil las tidak matang/ kuat dan tidak rata. Arus yang kelewat besar mengakibatkan jebolnya bahan yang dilas, hasil las menjadi kasar dan bila sudah dingin mletek2 akibat suhu terlalu tinggi. Sebagai ancar2 untuk 1 mm kawat las dibutuhkan arus 30 ~ 40 Ampere.
* Arah dari pengelasan : Setelah kawat las menyala, kawat las harus ditarik menjauhi bahan sekitar 2 ~ 3 mm. Terlalu dekat akan mengakibatkan hasil las kurang matang dan kawat mudah menempel pada bahan sehingga apinya mati. Terlalu jauh mengakibatkan hasil las kasar dan tidak rata. Kawat las membentuk sudut 45 ~ 60 derajat tehadap bahan. Api las harus menyembur/ disemprotkan pada hasil las yang baru terjadi (seperti kita menulis, awalnya dari kiri lalu bergerak kekanan atau kalau anda kidal bisa arah yang sebaliknya). Kecepatan kawat, tergantung dari hasil las. Kalau bahan sudah menyatu, harus segera pindah titik pengelasannya. Terlalu cepat akan mengakibatkan pengelasan tidak rata, terlalu lambat mengakibatkan bahan jebol/ bolong.
* Kalau anda perlu berhenti saat mengelas, sebelum start lagi anda harus membersihkan kerak pada hasil las dengan mengetok2 pakai palu. Bila hal ini tidak dilakukan maka pengelasan berikutnya akan menempel pada kerak sehingga kekuatannya berkurang.
* Sebaiknya dihindari pendinginan yang tiba2 setelah selesai pengelasan (disiram air) karena beberapa bahan akan retak.
* Bila anda mempunyai sedikit anggaran, saya sarankan untuk membeli kedok/ topeng las automatis, kedok las ini akan automatis menjadi gelap seketika saat api las mulai menyala dan menjadi terang kembali saat api las padam. Harganya sekitar 525.000 (ada di Kaskus)
* Peralatan pembantu juga diperlukan dalam pengelasan misalnya C clam, gerinda, mesin bor, tang buaya/ monyet dlsb.
Semoga membantu.
Senin, 30 Januari 2017
cara mengelas dengan rapi
Diposting oleh Unknown di 19.49mengelas 1g
Diposting oleh Unknown di 19.45eknik Pengelasan 1G Kampuh V
Kampuh V banyak digunakan pada sistem sambungan pada pelatpelat tebal. Untuk pengelasan ini dilakukan pengelasan pada satu sisi (single side) dengan urutan pengelasan mulai dari akar (root), pengisian (Filler), dan penutup (caping).
Langkah Kerja Teknik 1G Kampuh V
- periksa kesiapan peralatan kerja, termasuk perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja las.
- siapkan 2 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 300 x 200 x 10 mm yang kedua sisi panjangnya telah dibevel 30 derajat – 35 derajat.
- Bersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau grinda.
- Buat root face selebar 1 – 3 mm dengan menggunakan grinda dan kikir, dan yakinkan bahwa kedua bevel tersebut sama besar dan rata/sejajar satu sama lainnya.
- Aatur arus pengelasan tiap tahapan sesuai dengan jenis dan diameter elektroda yang digunakan antara 50 – 120 Amper.
- Atur peletakan benda kerja sesuai dengan posisi pengelasan
- Buat las catat sepanjang 10 – 15 mm pada kedua ujung bahan dan yakinkan bahwa kedua kepingan tersebut rapat dan sejajar dengan jarak root gap 1 – 3 mm.
- Las lapisan akar dengan ayunan
- Bersihkan kampuh lapisan akar
- Las lapisan tengah dengan ayunan
- Bersihkan kampuh lapisan tengah
- Las lapisan penutup dengan ayunan
- Bersihkan kampuh hasil pengelasan
Cara Kerja
Kedua pelat yang telah dipersiapkan, diletakkan terbalik diatas meja las. Jangan sampai ada kotoran yang mudah menyala misalnya; cat, karat dan terak yang tertinggal melekat pada sisi pertemuan sambungan. Dengan meletakkan potongan-potongan pelat panjang di bawah masingmasing bagian yang akan dilas, lalu pasangan kedua pelat ini membentuk sudut ± 30. Jarak antaranya sebesar ± 3 mm. Dengan memberi kedudukan dalam sudut ± 30 , dimaksudkan untuk mengatasi mengkerutnya sudut setelah benda kerja di las dan menjadi dingin. Untuk mengikat dipakai dua lasan pengikat yang kuat dan setelah itu benda kerja dibalik untuk dilas.
Pengelasan Benda Kerja
Banyaknya lapisan untuk mengelas kampuh V ditentukan oleh tebalnya pelat. Kampuh las tersusun dari lapisan akar, lapisan tengah dan lapisan penutup. Sudut pinggulan /kemiringannya 60 derajat. Dalam mengelas lapisan akarnya, dipakai penopang (landasan), supaya penembusan akarnya bebas. Dengan demikian anda dapat menghasilkan pengelasan lapisan akar yang baik. Setelah selesai pengelasan, pada bagian punggungnya harus tampak kampuh yang rata. Setiap peletakan alur las, sisa-sisa terak las harus dibersihkan dengan memakai sikat kawat, sebelum alur las berikutnya diletakkan. Lapisan akar dan lapisan tengah supaya selalu rata peletakkannya, sebab dengan meningginya kampuh, akan mempermudah terjepitnya terak di dalam kampuh las. Lapisan penutup diletakkan dengan gerak ayunan, supaya kampuh tampak lebih bagus.
Petunjuk
Persiapan Kampuh
Apabila bidang calon sambungan dari kedua pelat berkedudukan sejajar satu sama lain, maka pertemuan ini disebut pertemuan tumpul. Dengan mencairnya kedua bidang pertemuan ini dan adanya tambahan dari bahan tambah selama pengelasan, maka tersusunlah kampuh lasan.
Sambungan Tumpul
Meletakkan begitu saja kedua pelat berdampingan tanpa persiapan lebih dahulu, maka seluruh permukaan pertemuan tumpulnya tidak akan terkena las. Sambungan las tersebut hanya merupakan sambungan permukaan saja dan tidak menyeluruh. Untuk menghasilkan sambungan tumpul yang sempurna, diperlukan adanya persiapan kampuh yang baik dan teliti. Bekas potongan pelatnya, sebelum dilas harus bersih, dan digerinda supaya menjadi sejajar. Persiapan kampuh harus dikerjakan secara teliti / akurat, supaya dapat menghasilkan akar lasan yang memenuhi syarat. Untuk ini perlu adanya jarak antara yang sesuai dengan tebal pelat. Sebagai contoh persiapan untuk kampuh I, kampuh V, ataupun kampuh ganda juga harus teliti dan bersih.
Diposting oleh
Unknown
di
19.33
Pekerjaan dan Penghasilan “tukang las” / WELDER
Melongok gaji tukang las bawah laut, pekerjaan ini biasanya terkait dengan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan pertambangan lepas pantai. Atau hal yang berkaitan dengan offshore.
Mereka para tukang las bawah laut melakukan pekerjaan dengan tujuan maintenance pipa minyak atau aplikasi struktural lainnya yang ada di offshore.
Seperti penemuan atau pengembangan sumber daya minyak dan gas yang terletak di bawah air laut melalui pengeboran sumur (Laman wikipedia). Yang pasti pekerjaan bukannya tanpa resiko, karena para penyelam atau dalam istilah untuk menyebutkan pekerjaan mereka disebut “welder”. dapat sewaktu-waktu menghadapi bahaya atau resiko kerja yang tinggi.


Pertama; seorang welder bisa mendapatkan electrical shock atau biasa kita sebut kesetrum.
Kedua; gas tabung yang digunakan untuk mengelas didalam laut berpotensi meledak.
ketiga, nitrogen yang digunakan untuk pengelasan bisa terhirup dan bercampur dengan darah welder.
keempat, takut dimakan hiu, paus, ataupun lainnya….waduuuhhhh

Perlu diketahui untuk mendapatkan pekerjaan seperti ini tidaklah mudah, mereka harus memiliki sebuah ijin dari badan yang berwenang. Yaitu sebuah sertifikasi yang dikeluarkan oleh AWS (Amerika WElding Society). Selain itu yang tidak kalah penting juga sertifikasi sebagai penyelam.
Resiko pekerjaan yang begitu tinggi sebagai tukang las bawah laut tentunya berbanding lurus dengan hasil atau sallary yang didapat.
Perlu untuk diketahui dalam 1jam mereka dibayar 200US$ (Kisaran Rp 2.000.000,-).
Jika dalam sehari mereka bekerja 8 jam itu artinya mendapatkan penghasilan Rp 16.000.000,- perhari. Dan jika kita kalikan 22hari kerja saja dalam satu bulan maka seorang “welder” dapat menghasilkan Rp 352.000.000,- perbulan!
saat ini pionir tempat sekolah atau pelatihan yang ane tau yaitu solo techno park (STP), dengan penjelasan artikel STP sendiri di bawah ini :
Meski tak punya dan tak dekat dengan laut, Surakarta justru menjadi Pusat Pelatihan Underwater Wet Welding untuk umum di Indonesia. Underwater wet welding adalah pengelasan yang dilakukan di bawah air, umumnya laut. Underwater wet welding training ditujukan untuk mencetak tenaga spesialis pengelasan basah yang banyak digunakan dalam maintenance dan perbaikan struktur kapal, konstruksi pipa air,
konstruksi pipa minyak dan gas, konstruksi jembatan di atas air maupun
konstruksi rig atau pengeboran lepas pantai.
konstruksi pipa minyak dan gas, konstruksi jembatan di atas air maupun
konstruksi rig atau pengeboran lepas pantai.
Manager Welding Solo Techno Park (STP) Gampang Sarwono mengungkapkan bahwa selama ini pekerjaan di bidang ini masih banyak ditangani oleh tenaga asing. “Belum banyak SDM profesional dari tanah air untuk pengelasan bawah air. Padahal pekerjaan di bidang ini sangat banyak. Karena negara kita sebagian besar terdiri dari perairan dan laut.
Berangkat dari melihat kondisi ini, STP (Solo Technopark) didukung oleh Kementerian
Perindustrian dan Kementrian Perdagangan berinisiatif membuat Pusat Pelatihan Underwater Wet Welding untuk umum. Selama ini sebenarnya sudah ada tapi dimiliki oleh perusahaan tertentu di Jakarta dan milik TNI Angkatan Laut di Surabaya. STP-lah pionir untuk sipil,” ujarnya.
Berangkat dari melihat kondisi ini, STP (Solo Technopark) didukung oleh Kementerian
Perindustrian dan Kementrian Perdagangan berinisiatif membuat Pusat Pelatihan Underwater Wet Welding untuk umum. Selama ini sebenarnya sudah ada tapi dimiliki oleh perusahaan tertentu di Jakarta dan milik TNI Angkatan Laut di Surabaya. STP-lah pionir untuk sipil,” ujarnya.
Peserta pelatihan pengelasan bawah air di STP dipatok dalam waktu 2-3 bulan sudah mahir dan bersertifikasi underwater wet welding. Materi pelatihan yang diberikan meliputi teknik las umum, teknik dan konstruksi las bawah air, salvage dan penyelaman serta pengelasan bawah air. “Peserta yang akan mengikuti pelatihan ini harus sudah punya sertifikasi selam. Tapi jika belum, STP akan memfasilitasinya
karena kita juga menjalin kerja sama dengan Persatuan Olahraga Selam Indonesia,” ujar Gampang.
karena kita juga menjalin kerja sama dengan Persatuan Olahraga Selam Indonesia,” ujar Gampang.
Kemampuan selam sangat dibutuhkan karena sangat memengaruhi kualitas pengelasan. “Kondisinya jauh beda dengan mengelas di darat. Kalau tidak terlatih, orang akan mudah panik jika berada di dalam air,” imbuhnya.
Kurikulum pelatihan mengacu pada Manhein University Jerman. Para instruktur merupakan tenaga ahli dari ATMI dan INLASTEK. Untuk beberapa bidang khusus, STP juga mendatangkan tenaga expert dariJerman. Fasilitas pelatihan yang pengadaannya didukung penuh oleh Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri dari mesin untuk las octogen, MIG/MAC/TIG, electric (MMA) perlengkapan las bawah
air (UW), mesin uji radiografi, tensile test, impact, magnetic test, dye penetrant test dan X-ray test.
air (UW), mesin uji radiografi, tensile test, impact, magnetic test, dye penetrant test dan X-ray test.
Disediakan pula kolam praktek bawah air berukuran 8×8 meter dengan kedalaman 10 meter. Hingga kini, STP telah menghasilkan 80 tenaga ahli pengelasan bawah air. Biaya pelatihan memang cukup tinggi yakni Rp 15 juta. Namun biaya ini sepadan dengan pelatihan dan hasil yang didapatkan, karena ahli pengelasan bawah air masih sangat dibutuhkan dan tergolong tenaga mahal. “Kebanyakan yang mengikuti pelatihan berasal dari berbagai perusahaan shipyard di Semarang, Jakarta dan Surabaya. Sebelum ada STP, biasanya mereka mengikuti pelatihan seperti ini di Qatar atau Thailand,” ucapnya.
Subscribe to:
Postingan (Atom)